KONSEP DASAR TENTANG
MANAJEMEN RUMAH SAKIT
A.
Rumah Sakit
1. Pengertian
Beberapa pengertian rumah sakit yang
dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya :
a.
Menurut Assosiation of Hospital Care
(1947) Rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat,
pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan.
b.
Menurut American Hospital Assosiation (1974) rumah sakit adalah suatu
alat organisasi yang terdiri tenaga medis professional yang terorganisir serta
sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan,
diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
c. Menurut Wolper dan Pena (1997)
rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan
kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran,
perawat dan tenaga profesi kesehatan lainya diselenggarakan.
2. Fungsi rumah sakit
Permenkes RI No. 159b/Men
kes/Per/1998, fungsi rumah sakit adalah :17)
a.
Menyediakan dan menyelenggarakan
pelayanan medik, penunjang medik. rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan
kesehatan.
b.
Menyediakan tempat pendidikan dan
atau latihan tenaga medik dan paramedik.
c.
Sebagai tempat penelitian dan
pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan.
Fungsi-fungsi
ini dilaksanakan dalam kegiatan intramural (didalam rumah sakit) dan
ekstramural (di luar rumah sakit). kegiatan intramural dibagi menjadi 2
kelompok besar yaitu pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat jalan.
B.
Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan rumah
sakit untuk memenuhi permintaan konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standart profesi dan standart pelayanan dengan menggunakan potensi
sumber daya yang tersedia di rumah sakit dengan wajar , efisien dan efektif
serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan
sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan
masyarakat konsumen.
Faktor - faktor yang menentukan mutu
pelayanan rumah sakit yaitu:
1. Kehandalan yang mencakup dua hal
pokok, yaitu konsistensi kerja dan
kemampuan untuk dipercaya.
2. Daya tangkap, yaitu sikap tanggap
para karyawan melayani saat dibutuhkan
pasien.
3. Kemampuan, yaitu memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa
tertentu.
4. Mudah untuk dihubungi dan ditemui.
5. Sikap sopan santun, respek dan keramahan para pegawai.
6. Komunikasi, yaitu memberikan
informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu
mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
7. Dapat dipercaya dan jujur.
8. Jaminan keamanan
9. Usaha untuk mengerti dan memahami
kebutuhan pelanggan.
10.Bukti langsung yaitu bukti fisik
dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan
yang digunakan, representasi fisik
dan jasa.
Dalam
perkembangan selanjutnya, Parasuraman mengemukakan bahwa 10 faktor yang
mempengaruhi mutu yang ada dapat dirangkum menjadi 5 faktor pokok yaitu:
1.Tang
ibles; bukti langsung meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, sarana dan
penampilan pegawai.
2.Realibility; kehandalan yaitu
kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat dan
memuaskan.
3.Responsiveness; daya tanggap yaitu
keinginan para karyawan dalam
memberikan pelayanan dengan tanggap.
4.Assurance; jaminan mencakup
pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kesopanan dan sikap dapat dipercaya dari
para karyawan, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
5.E mpathy; yaitu kemudahan dalam
melakukan hubungan komunikasi yang
baik, perhatian pribadi dan memahami
kebutuhan pelanggan.
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP
A. Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan
rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah
sakit yng merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien
yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau
observasi ketat karena penyakitnya.18)
Menurut Revans (1986 ) bahwa pasien
yang masuk pada pelayanan rawat inap akan mengalami tingkat proses
transformasi, yaitu:
a.
Tahap
Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan dirawat tinggal di
rumah sakit.
b. Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan
ditegakan diagnosisnya.
c.
Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukan dalam
program perawatan dan therapi.
d.
Tahap
Inspection, yaitu secara continue diobservasi dan dibandingkan pengaruh serta
respon pasien atas pengobatan.
e.
Tahab
Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan. pengobatan
diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk didiagnosa
ulang.
2. Kualitas Pelayanan Rawat Inap
Menurut
Jacobalis ( 1990 ) kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit
dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah:
a. Penampilan keprofesian atau aspek
klinis
Aspek ini menyangkut pengetahuan,
sikap dan perilaku dokter dan perawat dan tenaga profesi lainya.
b. Efisiensi dan efektifitas
Aspek ini menyangkut pemanfaatan
semua sumber daya di rumah sakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna.
c. Keselamatan Pasien
Aspek ini menyangkut keselamatan dan
keamanan pasien
d. Kepuasan Pasien.
Aspek
ini menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial pasien terhadap lingkungan
rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian,
biaya yang diperlukan dan sebagainya.
Menurut
Adji Muslihuddin (1996), Mutu asuhan pelayanan rawat inap dikatakan baik
apabila :
a. Memberikan rasa tentram kepada
pasienya yang biasanya orang sakit.
b. Menyediakan pelayanan yang benar
benar profesional dari setiap strata pengelola rumah sakit.
Pelayanan ini bermula sejak masuknya pasien ke rumah sakit
sampai pulangnya pasien.
Dari kedua aspek ini dapat diartikan
sebagai berikut:
a. Petugas penerima pasien dalam melakukan
pelayanan terhadap pasien harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin
pasien memerlukan penanganan segera.
b. Penanganan pertama
dari perawat harus mampu membuat pasien menaruh kepercayaan bahwa pengobatan
yang diterima dimulai secara benar.
c. Penanganan oleh
para dokter yang profesional akan menimbulkan kepercayaan pasien bahwa mereka
tidak salah memilih rumah sakit.
d. Ruangan yang bersih dan nyaman, memberikan
nilai tambah kepada rumah sakit.
e. Peralatan yang memadai dengan
operator yang profesional.
f. Lingkungan rumah sakit yang nyaman.
3. Pelayanan Tenaga Medis
Tenaga medis merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling
besar dalam menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada pasien di
rumah sakit. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien
dengan mutu sebaik baiknya, menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu
kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan kepada
pasien dan rumah sakit.
Donabedian (1980), mengatakan bahwa perilaku dokter dalam
aspek teknis manajemen, manajemen lingkungan sosial, manajemen psikologi dan manajemen
terpadu, manajemen kontinuitas, dan koordinasi kesehatan dan penyakit harus
mencakup beberapa hal, yaitu:
a. Ketepatan diagnosis
b. Ketepatan dan kecukupan therapi
c. Catatan dan dokumen pasien yang lengkap
d. Koordinasi perawatan secara kontinuitas bagi semua anggota keluarga.
4. Pelayanan Tenaga Perawat /
Paramedis
Pelayanan perawatan di rumah sakit merupakan bagian integral
dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolok ukur
keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu
citra rumah sakit di mata masyarakat.
Keperawatan sebagai suatu profesi di rumah sakit yang cukup
potensial dalam menyelenggarakan upaya mutu, karena selain jumlahnya yang
dominan juga pelayananya menggunakan pendekatan metode pemecahan masalah secara
ilmiah melalui proses keperawatan.
Asuhan Keperawat meliputi:
a.
Pelayanan keperawatan (Nursing Service) adalah seluruh fungsi, tugas,
kegiatan dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh seorang perawat dalam
praktek profesinya.
b. Asuhan keperawatan ( Nursing Care
) adalh suatu pelayanan keperawatan langsung berupa bantuan, bimbingan,
penyuluhan, pengawalan atau perlindungan yang diberikan seorang perawat untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
5. Penyediaan Sarana Medik, Non
Medik, dan Obat obatan
Standart peralatan yang harus
dimiliki oleh rumah sakit sebagai penunjang untuk melakukan diagnosis,
pengobatan, perawatan dan sebagainya tergantung dari tipe rumah sakit,
disamping tersedianya sarana penunjang medik juga perlu tersedia alat alat
keperawatan. Dalam rumah sakit, obat merupakan sarana yang mutlak diperlukan,
bagian farmasi bertanggung jawab atas pengawasan dan kualitas obat. Persediaan
obat harus cukup, penyimpanan efektif, diperhatikan tanggal kadaluarsanya, dan
sebagainya.
B.
Keinginan Pelanggan Rumah Sakit
1. Persepsi dan Harapan Pelanggan
Rumah Sakit
Menurut Gilson, dkk (1994) dalam tesis Atit Hadiati (2002),
yang menjadi elemen penting dalam menentukan harapan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan:
1.
Kemanjuran obat, keterjangkauan biaya, tidak membutuhkan waktu yang lama
dalam proses perawatan.
2. Memperoleh obat merupakan faktor
yang terpenting yang mendasari pola pemanfaatan pelayanan kesehatan.
3. Pandangan yang menyeluruh
mengenai penampilan, seperti sikap petugas yang baik, kecakapan petugas, dan
hubungan petugas dengan pasien.
4. Persepsi masyarakat terhadap
kualitas sarana dan prasarana yang meliputi jarak yang dapat dicapai, keadaan
gedung, ruang tunggu, privasi, dan kelengkapan peralatan medis.
5.
Persepsi masyarakat terhadap kualitas proses yang meliputi keterampilan
petugas, kecukupan staf, biaya perawatan, dan penjelasan pengobatan.
Dalam konsep model kualitas yang dikemukakan oleh
Parasuraman, Zeithmal dan Berry (1990) yang dikenal dengan servqual model
menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan pasien
terhadap jasa pelayanan, yaitu:
1.
Pengalaman
dari teman ( word of mouth )
2.
Kebutuhan
atau keinginan ( personal need )
3.
Pengalaman
masa lalu saat menerima jasa pelayanan ( past experience)
4.
Komunikasi
melalui iklan/ pemasaran ( external communications to customer).
2.
Faktor yang Berhubungan dengan Keputusan Pelanggan Rumah Sakit
Di dalam masyarakat terdapat
bermacam macam kelompok yang mempunyai perbedaan yang menggambarkan nilai dan
kekuatan kelompok tersebut. Perbedaan ini akan mempengaruhi persepsi dan
harapan pasien. Menurut Anderson (1974) dalam buku Notoatmodjo dkk (1989) terdapat
tiga kategori utama yang mempengaruhi pelayanan kesehatan, yaitu:
a.
Karakteristik Predisposisi
Menggambarkan bahwa setiap individu
individu mempunyai kecenderungan yang berbeda beda dalam menggunakan pelayanan
kesehatan. Hal ini karena ada ciri ciri demografi seperti jenis kelamin, umur,
dan status marital, karena struktur sosial, seperti tingkat pendidikan,
pekerjaan, kesukuan dan lain lain serta keyakinan bahwa pelayanan dapat
menolong proses kesembuhan penyakit.
b.
Karakteristik Pendukung
Penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada sangat tergantung pada kemampuan konsumen untuk membayar.
c.
Karakteristik Kebutuhan
Teori pemanfaatan pelayanan
kesehatan berkaitan erat dengan permintaan akan pelayanan kesehatan oleh
konsumen. Permintaan akan pelayanan kesehatan justru selama ini yang meningkat.
Hal ini dikarenakan penduduk sudah benar benar mengeluh sakit serta mencari
pengobatan. Faktor faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan
diantaranya adalah pengetahuan tentang kesehatan, sikap terhadap fasilitas
kesehatan dan pengalaman terhadap kemampuan fasilitas kesehatan tersebut.
3. Pemenuhan Permintaan Pelanggan
Rumah Sakit
Seringkali para manager lebih suka mengukur kepuasan
pelanggan untuk menaksir penampilan organisasinya dari pada merencanakan
strategi nilai, mempelajari kebutuhan dan keinginan pelanggan atau mengukur
mutu produk. Tingkat kepuasan pelanggan dapat diukur dengan membandingkan kesesuaian
antara harapan/ keinginan dan pengalaman yang didapat mereka seperti dalam
teori The Expectancy Disconfirmation Model yang dikemukakan oleh Supranto
(1997), sebagai berikut:
Xi
Tki
= x 100%
Yi
Keterangan:
Tki =
Tingkat Kesesuaian
Xi =
Skor Nilai Pengalaman
Yi =
Skor Nilai Harapan
Bila Skor nilai pengalaman mendekati atau bahkan melebihi
skor nilai harapan/ keinginan, maka pasien dapat dianggap puas terhadap mutu
pelayanan yang diterimanya. Sebaliknya, apabila skor nilai pengalaman berada
dibawah skor nilai haparan, berarti pasien tidak puas terhadap mutu pelayanan
yang diterimanya.
C.
Pemanfaatan Rumah Sakit
1.
Tahap Proses Memilih Rumah Sakit
Proses membeli dari konsumen ada beberapa tahap, yaitu:
a. Keinginan dan
kebutuhan apa yang mendorong pelanggan untuk menggunakan suatu jasa. ( need
arousal )
b. Apakah pelanggan
mengumpulkan informasi berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan. (information
Gathering )
c. Bagaimana
pelanggan mengevaluasi alternatif. ( decision evaluation )
d. Bagaimana
pelanggan memanfaatkan jasa rumah sakit. (decision execution )
e. Bagaimana sikap pelanggan setelah memanfaatkan
jasa rumah sakit. (post
decision assessment)
2. Keputusan setelah memanfaatkan jasa
rumah sakit
Dampak setelah memanfaatkan
fasilitas rumah sakit dapat berupa :
1. Adanya kepuasan penuh
2. Adanya kepuasan sebagian
3. Sama sekali tidak puas terhadap fasilitas rumah sakit.
Kepuasan
dikemukakan sebagai rasa lega atau senang karena harapan atau hasrat tentang
sesuatu terpenuhi. Kepuasan mempunyai dimensi fisik, mental dan sosial.
Kepuasan pasien merupakan persepsi multidimensional yang terkait dengan
struktur proses dan outcome layanan. Sedangkan ketidakpuasan merupakan
kesenjangan antara harapan/ keinginan dan kenyataan layanan yang diterima oleh
pasien.
Ketidakpuasan adalah kekecewaan. Ketidakpuasan terhadap
layanan kesehatan diungkapkan dalam bentuk keluhan, protes, kemarahan, surat
terbuka dalam media masa, pengaduan kepada ikatan profesi sampai pengaduan di
pengadilan dengan tuduhan malpraktek. Kepuasan/ ketidakpuasan layanan rumah
sakit erat kaitanya dengan:
1. Dokter, perawat atau petugas lain di
rumah sakit.
2. Aspek hubungan antar manusia.
3. Kemanusiaan.
4. Kenyamanan/ kemudahan fasilitas dan
lingkungan
5. Peralatan dan perlengkapan.
6. Biaya pengobatan.
Dalam pengalaman sehari hari, ketidakpuasan
pasien yang paling sering dikemukakan ialah ketidakpuasan terhadap:
1. Sikap dan perilaku petugas rumah sakit atau karyawan.
2. Keterlambatan layanan oleh dokter/ perawat.
3. Dokter tertentu susah ditemukan.
4. Dokter kurang informatif dan komunikatif.
5. Lamanya proses masuk rawat.
6. Ketertiban dan kenyamanan lingkungan.
Suatu teori kepuasan setelah menggunakan suatu produk yang
disebut “cognitive dissonance theory” mengatakan: Bila seseorang konsumen
memilih antara beberapa alternatif, ketidakpuasan atau ketidakcocokan selalu
akan muncul karena tergantung pengetahuan seseorang, penilaian terhadap
pelayanan dapat dinialai positif atau negatif. Ketidakcocokan selalu muncul
setelah adanya keputusan dan selanjutnya seseorang secara bervariasi akan
merasakan berkurangnya rasa tidak puas secara bertahap.
Bila konsumen puas dengan layanan yang diterima, besar
kemungkinan akan kembali pada kesempatan lain, atau akan menceritakan kepada
keluarga atau teman temanya. Sebaliknya bagi yang tidak puas akan melakukan dua
kemungkinan, yaitu meninggalkan produk tersebut atau mencari informasi yang
lebih lengkap untuk mengurangi rasa ketidakpuasan tersebut. Berdasarkan hal
yang terakhir ini akan sangat baik bagi rumah sakit selalu memelihara hubungan
dengan penderita lepas rawat.