Saturday, December 17, 2011

Cerita Rakyat (Gunung Tugel)

Cerita Rakyat Gunung Tugel

Nara sumber : Damsuki
Gunung Tugel adalah tempat bersemayamnya kyai singoprono yang terletak di daerah nglembu kecamatan sambi kabupaten  Boyolali. Kyai singoprono adalah putra dari kyai Ageng Wongsoprono II yang berdiam di daerah desa Manglen, sekarang desa Manglen adalah Kelurahan Walen kecamatan Simo Boyolali. Beliau adalah keturunan raja majapahit ( Brawijaya V ).

Kyai Singoprono adalah anak tunggal, kyai Singoprono mempunyai istri bernama Tasik wulan, mereka tetap tinggal di daerah tersebut, kyai Singoprono adalah sosok yang berbudi luhur, suka menolong dan sakti mandraguna, pekerjaan nya  adalah bercocok tanam, berjualan nasi dan dawet dipinggir jalan ± 4 km dari rumahnya. Sifat baik hatinya terlihat apabila ada orang yang membutuhkan pertolongan, pasti beliau akan menolong , makanan yang dijualpun tidak sekedar di jual, tetapi juga diberikan kepada orang yang membutuhkan , walaupun demikian tak membuat beliau gulung tikar, begitu pula dengan hasil bercocok tanam nya pun melimpah ruah. Sehingga banyak orang yang datang untuk meminta kepada Kyai Singoprono. Kyai Singoprono pun memberi tanpa mengharapkan kembali atas apa yang sudah diberikan

Demikianlah kebaikan Kyai Singoprono tersebar sampai di seluruh daerah sekitar, tetapi ada yang tidak suka atas kebaikan dan kemurahan hati Kyai Singoprono karena disanjung – sanjung dan terkenal ke dermawannanya sampai keseluruh daerah sekitar. Yang tidak suka Kyai Singoprono adalah Kyai Rogo runting, Kyai Rogo runting iri dengan keberhasilan Kyai Singoprono, sebenarnya mereka berdua adalah sahabat baik.
Pada suatu saat kyai Rogo runting ingin menunjukkan kekuatannya kepada Kyai singoprono, dengan cara mengaitkan benang dari pegunungan Rogo Runting ke selatan ( sekarang kelurahan Nglembu, kecamatan Sambi Boyolali ) diatas benang dililitkan sebutir telur, kemudian itu digulirkan di atas benang tersebut dan ajaibnya telur tersebut tidak jatuh, telur tersebut terus menggelinding diatas benang, lalu telur tersebut akhirnya membentur gunung sebelah selatan. Sehingga terdengar suara keras dan menggelegar dan mengakibatkan gunung tersebut tugel / putus puncaknya.

Sehingga gunung tersebut dinamakan Gunung Tugel, nama itu masih terkenal sampai sekarang . Secara tidak langsung kejadian tersebut sebagai alat untuk menunjukkan kesaktian Kyai Rogo runting kepada Kyai Singoprono, namun Kyai Singoprono tidak tergerak hatinya untuk membalas perbuatan Kyai Rogo runting tersebut.

Namun setelah di diamkan Kyai Rogo runting semakin menjadi – jadi, kemudian secara halus Kyai Singoprono mengiyakan hal tersebut. Maksudnya menanggapi  Kyai rogo runting, tetapi Kyai Rogo runting mengaggap hal tersebut sebagai balasan dari Kyai singoprono. Kyai singoprono pun akhirnya marah, beliau menggunakan cara yang sama untuk membalas Kyai Rogo runting, dengan cara mengaitkan benang dari pegunungan tugel ke utara, di atas benang juga diletakkan sebuah telur, kemudian telur tersebut menggelinding tanpa terjatuh dan akhirnya membentur pegunungan Rogo runting, sehingga mengeluarkan suara keras dan menggelegar, tetapi kejadian tersebut tidak mengakibatkan gunung tersebut rusak. Namun Kyai Rogo runting tubuhnya tercerai berai atau tubuhnya terontang – anting. Jasad Kyai Rogo runting kemudian dimakam kan di daerah perbatasan kecamatan Klego dan kecamatan Simo yang dikenal sebagai Pegunungan Rogo runting. Sedangkan Kyai Singoprono dimakamkan di Gunung Tugel.

Gunung Tugel dijadikan tempat bersemedi atau bertapa orang – orang, barang siapa bersemedi di Gunung Tugel tapi orang tersebut tidak boleh mempunyai nafsu olo. Pasti akan mendapat berkah dari Kyai Singoprono. Tetapi istri Kyai singoprono meninggal dan dimakamkan disebelah timur makam / Gunung Kyai Singoprono, kemudian makam tersebut di tendang  oleh Kyai Sinoprono dan jatuh di Desa Krisik. Karena kyai Singoprono tidak mau disejajarkan denga istrinya , karena istri kyai Singoprono mempunyai watak yang tidak baik.

No comments:

Post a Comment