Cerita
Rakyat Gunung Tugel
Nara
sumber : Damsuki
Gunung Tugel adalah
tempat bersemayamnya kyai singoprono yang terletak di daerah nglembu kecamatan
sambi kabupaten Boyolali. Kyai
singoprono adalah putra dari kyai Ageng Wongsoprono II yang berdiam di daerah
desa Manglen, sekarang desa Manglen adalah Kelurahan Walen kecamatan Simo
Boyolali. Beliau adalah keturunan raja majapahit ( Brawijaya V ).
Kyai Singoprono adalah
anak tunggal, kyai Singoprono mempunyai istri bernama Tasik wulan, mereka tetap
tinggal di daerah tersebut, kyai Singoprono adalah sosok yang berbudi luhur,
suka menolong dan sakti mandraguna, pekerjaan nya adalah bercocok tanam, berjualan nasi dan
dawet dipinggir jalan ± 4 km dari rumahnya. Sifat baik hatinya terlihat apabila
ada orang yang membutuhkan pertolongan, pasti beliau akan menolong , makanan
yang dijualpun tidak sekedar di jual, tetapi juga diberikan kepada orang yang
membutuhkan , walaupun demikian tak membuat beliau gulung tikar, begitu pula
dengan hasil bercocok tanam nya pun melimpah ruah. Sehingga banyak orang yang
datang untuk meminta kepada Kyai Singoprono. Kyai Singoprono pun memberi tanpa
mengharapkan kembali atas apa yang sudah diberikan
Demikianlah kebaikan
Kyai Singoprono tersebar sampai di seluruh daerah sekitar, tetapi ada yang
tidak suka atas kebaikan dan kemurahan hati Kyai Singoprono karena disanjung –
sanjung dan terkenal ke dermawannanya sampai keseluruh daerah sekitar. Yang
tidak suka Kyai Singoprono adalah Kyai Rogo runting, Kyai Rogo runting iri
dengan keberhasilan Kyai Singoprono, sebenarnya mereka berdua adalah sahabat
baik.
Pada suatu saat kyai
Rogo runting ingin menunjukkan kekuatannya kepada Kyai singoprono, dengan cara
mengaitkan benang dari pegunungan Rogo Runting ke selatan ( sekarang kelurahan
Nglembu, kecamatan Sambi Boyolali ) diatas benang dililitkan sebutir telur,
kemudian itu digulirkan di atas benang tersebut dan ajaibnya telur tersebut
tidak jatuh, telur tersebut terus menggelinding diatas benang, lalu telur tersebut
akhirnya membentur gunung sebelah selatan. Sehingga terdengar suara keras dan
menggelegar dan mengakibatkan gunung tersebut tugel / putus puncaknya.
Sehingga gunung
tersebut dinamakan Gunung Tugel, nama itu masih terkenal sampai sekarang .
Secara tidak langsung kejadian tersebut sebagai alat untuk menunjukkan kesaktian
Kyai Rogo runting kepada Kyai Singoprono, namun Kyai Singoprono tidak tergerak
hatinya untuk membalas perbuatan Kyai Rogo runting tersebut.
Namun setelah di
diamkan Kyai Rogo runting semakin menjadi – jadi, kemudian secara halus Kyai
Singoprono mengiyakan hal tersebut. Maksudnya menanggapi Kyai rogo runting, tetapi Kyai Rogo runting
mengaggap hal tersebut sebagai balasan dari Kyai singoprono. Kyai singoprono
pun akhirnya marah, beliau menggunakan cara yang sama untuk membalas Kyai Rogo
runting, dengan cara mengaitkan benang dari pegunungan tugel ke utara, di atas
benang juga diletakkan sebuah telur, kemudian telur tersebut menggelinding
tanpa terjatuh dan akhirnya membentur pegunungan Rogo runting, sehingga
mengeluarkan suara keras dan menggelegar, tetapi kejadian tersebut tidak
mengakibatkan gunung tersebut rusak. Namun Kyai Rogo runting tubuhnya tercerai
berai atau tubuhnya terontang – anting. Jasad Kyai Rogo runting kemudian dimakam
kan di daerah perbatasan kecamatan Klego dan kecamatan Simo yang dikenal
sebagai Pegunungan Rogo runting. Sedangkan Kyai Singoprono dimakamkan di Gunung
Tugel.
Gunung Tugel dijadikan
tempat bersemedi atau bertapa orang – orang, barang siapa bersemedi di Gunung
Tugel tapi orang tersebut tidak boleh mempunyai nafsu olo. Pasti akan mendapat
berkah dari Kyai Singoprono. Tetapi istri Kyai singoprono meninggal dan
dimakamkan disebelah timur makam / Gunung Kyai Singoprono, kemudian makam
tersebut di tendang oleh Kyai Sinoprono
dan jatuh di Desa Krisik. Karena kyai Singoprono tidak mau disejajarkan denga
istrinya , karena istri kyai Singoprono mempunyai watak yang tidak baik.
No comments:
Post a Comment