Ungkapan
apa yang datang dari hati akan sampai ke hati, barangkali sudah begitu sering
terdengar di telinga, namun untuk menerapkannya nampaknya sebagian orang merasa
kesulitan. berapa banyak ucapan, arahan, dan anjuran kebaikan yang kita
sampaikan kepada seseorang, namun masih saja belum berhasil mengarahkannya
kepada kebaikan yang kita maksudkan. berputus asa dari anjuran kebaikan
tentulah tidak boleh, namun alangkah bijaknya andaikan kita mau mengintropeksi
diri, melihat ke dalam diri. bisa jadi ada yang salah dalam materi, atau
mungkin ada yang kurang benar dalam teknis penyampaian materi, karena bisa jadi
teknis penyampaian lebih penting daripada materi yang kita sampaikan.
Sebuah tindakan nyata lebih berarti dibanding
ribuan rangkaian kata. Agar hati pendengar anda mau tergerak untuk menggerakkan
organ tubuhnya mengikuti apa yang anda maksudkan, maka berilah mereka
tauladan/contoh terlebih dahulu. Sikap tauladan ini harus didasari dengan kesunggguhan
dan kejujuran bukan kepura-puraan. Harus
dilaksanakan dengan iman yang mantap, pemahaman yang luas dan toleransi dalam
hal yang tidak prinsip.
Contoh ; seseorang yang telah
melaksanakan sholat tepat waktu dengan berjama’ah kemudian memerintahkannya
kepada orang lain untuk melaksanakannya. Termasuk disini memberi tauladan
perkara-perkara kecil, seperti : ucapan-ucapan yang baik dan lembut, disiplin waktu
tidur, mandi, dll di depan anak-anak, ini akan memudahkan Anda mengatur
anak-anak Anda yang masih kecil.
2.
Bertahap
Sebuah perubahan akan lebih mantab
terjadi jika hal itu melalui proses yang bertahap, bukan suatu pemaksaan yang
bersifat instant atau mendadak. Proses yang bertahap membuat seseorang lebih
mantap meyakini apa yang ia lakukan bukan melakukan sekedar karena malu dan
penuh kepura-puraan.
Segala sesuatu dihasilkan dari
sebuah proses yang memakan waktu, selangkah demi selangkah. Penciptaan alam
semesta pun melalui beberapa proses tahapan. Demikian juga perubahab yang
dilakukan Rasulullah SAW dari kejahiliyahan masyarat Quraisy menuju cahaya
Islam. Sebagai contoh bisa dilihat sejarah proses pelarangan khamr pada jaman
nabi.
3.
Lupakan Keburukannya
Kebanyakan manusia tidak ada yang
suka untuk diperolok, dipersalahkan, dijelek-jelekkan atau diihujat, meski ia
mengakui memang telah melakukan sebuah kesalahan. Berbuat salah merupakan satu
perkara yang lazim bagi setiap manusia. Maka mengungkit-ungkit kesalahan
seseorang hanyalah merupakan kesalahan yang lebih besar, tidak produktif,
memancing permusuhan. Ia menjelma seolah-olah menjadi tembok tebal yang akan
menghalangi Anda untuk berkomunikasi. Maka melupakan keburukan seseorang
merupakan kunci keberhasilan untuk menundukkan hati orang lain.
Bahkan Rasulullah SAW bersabda, “Jangan ada seseorang yang menyampaikan
kepadaku tentang sahabatku yang lain, karena saya lebih suka keluar bertemu
kalian dengan dada yang bersih.”(Hr. Abu Daud & Tirmidzi) maksudnya
selamat dari mengetahui keburukan-keburukan sahabat lain, yang dengan demikian
akan memudahkan komunikasi.
4.
Lemah Lembut
Lemah lembut dalam sikap. Karena tanpa
lemah lembut, manusia akan lari dariAnda, lalu bagaimana Anda akan
menundukkannya? Allah SWT berfirman,”Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu”. (Ali Imran : 159). Selain berlemah lembut dalam sikap, juga
harus ditunjukkan sikap lemah lembut dalam berkata-kata, karena kata dan ucapan
yang lemah lembut, baik lagi tepat, merupakan pintu masuk ke hati pendengar. Beberapa
perkara yang harus diperhatikan dalam berbicara adalah :
a.
Bahasa tubuh
Para ahli komunikasi menyatakan bahwa bahasa tubuh menempati porsi
tertinggi dalam keberhasilan berkomunikasi, yakni mencapai 90 %. Yang dimaksud
bahasa tubuh antara lain kontak mata. Tataplah lawan bicara dengan pandangan
yang penuh kasih saying, sehingga ia merasa benar-benar diperhatikan, dan
merasa nyaman dengan Anda.
b.
Intonasi
Intonasi (nada bicara) menempati
posisi kedua dan mencapai 7 % dalam keberhasilan berkomunikasi dengan lawan
bicara. Intonasi harus jelas dan tidak terbata-bata agar lawan bicara dapat
dengan mudah menangkap isi pembicaraan.
c.
Isi pembicaraan
Pengaruh isi pembicaraan menempati
posisi ketiga, yaitu 3 %. Meski demikian, isi pembicaraan haruslah menarik
perhatian lawan bicara sehingga konsentrasi lawan bicara tetap terpusat pada
jalannya pembicaraan. Hendaknya kata-kata yang keluar dari mulut dalam suatu
pembicaraan merupakan kata-kata yang penuh dengan keindahan dan kebaikan,
karena kata-kata membawa kebahagiaan.
Yang juga perlu di perhatikan
adalah, bahwa ketika seseorang berbicara dengan orang lain maka sesungguhnya ia
sedang berhadapan dengan makhluk yang mendahulukan perasaan dan hati sebelum
akalnya.
5.
Panggilan Terbaik
Memanggil seseorang dengan panggilan
yang baik dan disukai pemiliknya, akan membuat hati lawan bicara tersentuh disbanding
panggilan yang menyakitkan atau gelar yang buruk. Hal ini juga telah
diperintahkan Allah SWT dalam Qs. Al Hujurat : 11 “dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman.” Panggilan yang buruk
bermaksud panggilan/gelar yang tidak disukai oleh yang dipanggil, seperti
panggilan ‘hai Fasik, atau hai Munafik’ yang ditujukan kepada orang yang
beriman.
Rasulullah SAW selalu memanggil
seseorang dengan panggilan yang baik dan disukai pemiliknya, bahkan suatu
ketika seseorang yang masih kecil pun dipanggil oleh Rasul SAW dengan
panggilan, wahai abu Umair,..”
6.
Tersenyum
Senyummu di depan wajah saudaramu
adalah sedekah, demikian sabda Rasulullah SAW. Senyuman yang tulus, datang dari
hati, tidak dibuat-buat adalah ibarat bunga yang mekar, harum baunya, indah
dipandang, menjadikan seseorang terlena dan simpati karenanya. Senyuman adalah
gambaran isi hati yang menggerakkan perasaan dan memancar di wajah bagaikan
cahaya, seakan mengajak berbicara dan memanggil-manggil, maka orang yang
mendegar dan menatap senyum pun akan terpikat.
Rasulullah SAW juga telah bersabda, “Kamu tidak akan dapat membahagiakan orang lain
dengan hartamu, tetapi yang dapat membahagiakan mereka adalah wajah ceria dan
akhlak yang terpuji.”
7.
Penampilan yang Baik
Penampilan adalah penampakan nyata
yang bisa langsung ditangkap oleh mata. Ia merupakan “juru bicara” paling jujur
bagi seseorang. Menggambarkan kesan pertama di benak orang lain yang bertemu
dengannya. Hal ini sangat mempengaruhi cara pandang orang lain terhadap
seseorang, dan berakibat pada perilaku mereka terhadapnya. Penampilan haruslah
dijaga, tidak berlebih-lebihan namun juga tidak semaunya, karena jiwa manusia
cenderung dan tertarik dengan penampilan yang baik dan indah.
8.
Salam & Jabat Tangan
Mengucap salam ketika berjumpa dan
berjabat tangan diperintahkan oleh Rasulullah SAW, yang berarti melaksanakannya
adalah dibalas dengan kebaikan dan pahala. Menyebarkannya adalah bentuk
menghidupkan sunnah Rasul. Ia juga menunjukkan ketawadhu’an seorang muslim,
menunjukkan kecintaan kepada saudaranya yang lain. Salam menggambarkan akan
kebersihan hati dari dengki, dendam, kebencian, kesombongan, dan rasa memandang
rendah/meremehkan orang lain. Salam merupakan hak kaum muslimin antara satu
dengan lainnya, dengannya dicapai rasa saling mengenal, pertautan hati dan
bertambahnya rasa kasih saying serta kecintaan.
Jabat tangan merupakan pelengkap
salam. Jikalau ucapan salam merupakan aktifitas lidah, maka jabat tangan
merupakan aktifitas fisik dimana tangan kita bersentuhan dengan tangan saudara
kita. Darinya muncul ketenangan, rasa cinta, kasih saying, perhatian,
kehangatan, saling memaafkan, dan dapat meleburkan rasa iri, dengki, kesal,
dingin, sungkan, atau perasaaan-perasaan yang tidak baik di hati. Ia juga
merupakan senjata ukhuwah yang ampuh.
Keduanya merupakan salah satu bentuk
ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, juga merupakan pintu masuk tahap pertama
untuk memasuki hati lawan bicara. Jika tahapan pertama berjalan dengan baik dan
sukses maka langkah berikutnya akan lebih mudah.
9.
Pendengar yang Baik
Seringkali orang ingin merubah orang
lain lebih banyak berbicara disbanding mendengarkan, padahal tidak semua
situasi mengharuskan seseorang harus banyak bicara. Orang-orang yang bermasalah
cenderung ingin lebih didengarkan, mereka sudah bosan diceramahi dan sesekali
ingin mengungkapkan isi hatinya (cur-hat) terlebih dahulu. Disinilah perlunya
kita lebih banyak mendengarkan untuk mencarikan solusi yang terbaik. Terkadang ada
orang yang cukup didengarkan ceritanya saja sudah cukup untuk meringankan beban
mereka.
10.
Memberi Hadiah
Kebiasaan memberi hadiah ternyata
bisa “mencuri” hati orang lain, tentunya harus dengan ikhlas dan bukan karena
ingin mencari perhatian atau punya kepentingan tertentu. Meskipun hadiah itu
kecil dan nampak remeh tapi hal itu menunjukkan perhatian kita pada penerima
dan menggembirakannya. Dan hal itu akan memunculkan rasa kasih saying sebagaimana
sabda Rasulullah SAW.
11.
Memberi Bantuan
Membantu & meringankan beban
orang lain yang sedang dalam kesulitan, sekecil apapun, selama dilakukan dengan
penuh ketulusan, insyaAllah akan memberikan kesan yang baik dalam hubungan
antar manusia. Siapa pun orangnya, kecuali mereka yang sombong, akan senang
jika ada orang yang mau membantunya, sehingga lain waktu dia akan lebih siap
mendengarkan jika orang itu berbicara kepadanya.
Demikian dan segala puji hanya bagi
Allah, Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita,
nabi Muhammad SAW.
No comments:
Post a Comment