Saturday, May 4, 2013

CARA MENGHILANGKAN NITRIT DALAM MAKANAN

Nitrat dalam Makanan

 





Pernahkah teman-teman menghindari makanan yang mengandung nitrat? Seringkali kita ragu membeli beberapa produk makanan yang mengandung nitrat. Produk-produk olahan yang mengandung nitrat, seringkali kita jumpai pada produk-produk daging olahan, seperti bakso, sosis, daging asap, makanan kaleng, dll. Anak-anak seringkali menyukai produk-produk olahan tersebut, sehingga kita ragu-ragu memutuskan apakah kita boleh mengkonsumsi produk-produk tersebut?

Percayakah teman-teman, ternyata nitrat yang kita hindari, tanpa sadar kita konsumsi hampir setiap hari. Mengejutkan sekali bukan? Nitrat yang kita hindari ini, ternyata 90% kita peroleh dari sayuran hijau, antara lain, bayam, seledri, kol, brokoli, dll. Dan hanya 10% kita peroleh dari produk-produk daging olahan. (itupun jika kita makan salah satu produk2x olahan tsb).

Apakah benar, nitrat tidak baik untuk kesehatan? Kalau dikonsumsi sekaligus dalam jumlah yang banyak (30-35gram), memang nitrat ini berbahaya untuk kesehatan. Yah seperti obat…bisa menjadi racun dalam jumlah banyak, tapi menjadi obat dalam jumlah sedikit. Dan selama ini, belum terbukti bahwa nitrat dapat mengakibatkan kanker.




Pernah mendengar Nitrosamine? Yang menurut kabar berita dapat mengakibatkan kanker yang banyak terdapat pada produk daging panggang, seperti sate, steak, dll. Nitrosamine ini, merupakan perubahan dari nitrat dalam makanan yang dapat terjadi jika terdapat pembakaran diatas suhu 200 derajat Celcius. Dan si Nitrosamine ini dapat diredam dengan cara memberikan Ascorbic Acid (Vit.C) dalam makanan yang mengandung nitrat. Yang lebih mengejutkan, ternyata si nitrosamine ini terdapat 17 kali lebih banyak pada asap rokok dan produk2x karet, antara lain balon tiup, kondom, dll.

Apakah aman mengonsumsi makanan yang mengandung Nitrat? Bahan tambahan makanan ini, merupakan salah satu bahan makanan tambahan yang diwajibkan pada produk-produk pengolahan daging standard Eropa dan Amerika. Nitrat sendiri sudah dipergunakan sejak manusia belum bisa membaca dan menulis untuk proses pengawetan daging, baik di China, Yunani, dll. Pada saat itu belum ditemukan mesin pendingin, jadi pengawetan daging merupakan hal yang paling umum untuk menyimpan daging dalam waktu yang lama. Zaman itu, belum ada standarisasi penggunaan nitrat, dan semua orang mengonsumsi daging yang telah diawetkan sebagai salah satu sumber protein yang paling banyak.

Pada tahun 1970-an, terjadi pro kontra dengan adanya pendapat dari beberapa ilmuwan, yang menyatakan bahwa nitrat dapat membahayakan kesehatan, yang akhirnya tidak dapat dibuktikan tetapi pendapat ini sudah menjadi pendapat umum yang sulit diubah. FDA Internasional, akhirnya menetapkan standarisasi untuk penggunakan nitrat ini agar pemakaiannya tidak berlebihan.



Nitrat tetap harus digunakan untuk produk-produk pengolahan daging, dengan tujuan menghambat pertumbuhan bakteri botulinum yang dapat mengakibatkan keracunan makanan, bahkan kematian. Selain itu, nitrat membantu warna daging menjadi lebih merah. Dengan jumlah sedikit, nitrat dapat membantu menyelamatkan ribuan bahkan jutaan manusia dari keracunan makanan. Kadar nitrat yang sangat sedikit di dalam produk-produk olahan ini, sangat aman untuk dikonsumsi dan jauh lebih sedikit daripada yang kita konsumsi melalui sayuran hijau.

Jadi aman dunk, kalau kita sering-sering makan produk-produk olahan tersebut? Jika produsen daging olahan tersebut memperhatikan dan mematuhi aturan standard International, kandungan nitrat yang berada dalam makanan sudah pasti aman untuk dikonsumsi. Kadangkala ada produsen nakal, yang memberikan nitrat melebihi aturan agar hasil produknya berwarna lebih merah cemerlang. Kita tetap harus waspada terhadap kandungan lemak dari produk-produk tersebut. Seringkali kita terlalu waspada di satu sisi, kita melupakan banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan kita.

Di Indonesia sendiri, penggunaan nitrat sebenarnya digunakan dalam pengolahan ikan asin, telur asin, terasi yang dikenal sebagai sendawa dan dijual bebas. Padahal si sendawa ini, tidak tertulis jelas kandungan nitratnya dan aturan pakai. Di luar kewaspadaan kita, ternyata sumber nitrat pada makanan bukan hanya dari sosis dan daging asap, tetapi paling banyak diperoleh dari sayuran hijau, ikan asin, telur asin, terasi, dll.

Jangan lupa, kita harus memperhatikan kandungan lemak dan gula dalam suatu produk. Hal ini justru harus lebih diwaspadai, karena hampir semua produk makanan (kue-kue, biskuit, minuman, dll) mengandung lemak dan gula. Hati-hati dengan lemak dan gula yang berlebihan, karena hal ini lebih membahayakan pada kesehatan kita semua. Juga harus diperhatikan jenis-jenis lemak dan gula yang dipergunakan. Jangan mudah terpancing dengan iklan suatu produk yang mengatasnamakan pemanis sehat atau lemak sehat, karena ada hal lain yang tidak kita ketahui dibelakangnya 

ditulis oleh Stella
Kutipan dari berbagai sumber

isnurwahyudi
isnur_wahyudi@yahoo.co.id

Dikirim pada tanggal 2011/12/24 pukul 3:31 am
bagaimana ya cara menghilangkan kandungan nitrit dlm makanan? tks


No comments:

Post a Comment