PERHATIKANLAH
TETANGGAMU
Suatu ketika Rasulullah
SAW bersabda,”Berulang kali Jibril
berpesan kepadaku supaya aku berbuat baik terhadap tetangga sehingga aku
mengira bahwa ia (tetangga) akan diberi hak waris.”
Hadits tersebut dinarasikan
oleh Aisyah dan Ibnu Umar. Hadits yang dicatat oleh imam Bukhori dan Muslim
dalam kitabnya ini, terkandung di dalamnya petuah dari Rasulullah SAW agar kita
senantiasa memperhatikan tetangga kita.
Disini ada sebuah kisah
yang cukup menarik, dan semoga bisa sebagai pembelajaran para pembaca.
SAAT itu tepatnya jam 9 kurang 25 MENIT, suster jaga mengatakan kalau anakku
dalam kondisi kritis dan kemungkinan tak tertolong. Akhirnya 10 menit
berikutnya anakku yang dirwat intensif selama 2 hari harus meninggalkan kami.
Itulah saat paling tak terlupakan dalam hidupku.
Karena berbagai alasan,
akhirnya aku membawa jenazah anakku pulang ke rumah orang tuaku. Aku bertekad
memberikan pelayanan terbaik bagi dia di saat-saat terakhir tersebut. Aku tidak
mau pakai ambulans, aku ingin membawa anakku dengan mobilku sendiri. Aku
kendarai sendiri, walau mertuaku bersikeras melarangnya mengingat kondisiku
yang lemah.
Aku berusaha tegar selama
dalam perjalanan. Tapi ketegaranku runtuh saat aku turun dari mobil disambut
banyak pelayat. Saat itulah aku pertama kali menitikkan air mata dihadapan
banyak orang.
Aku terharu dengan apa
yang aku lihat. Banyak sekali pelayat dari desa tetangga, tempat keluarga
ayahku dulu tinggal. Aku tidak menyangka mereka begitu punya perhatian besar
pada kami. Mereka rela datang walau tempatnya agak jauh. Mereka rela
menyisihkan waktunya demi memberi support kepada keluarga kami. Semua bergotong
royong membantu proses pemakaman anak pertamaku tersebut hingga selesai.
Para pelayat dari desa seberang itu
menaruh perhatian pada keluarga ayahku karena saat tinggal disana ayahku adalah
orang yang aktif di setiap kegiatan masyarakat. Ayahku adalah tipe orang suka
menolong dan selalu menjaga hubungan baik dengan para tetangga.
Bahkan hubungan dengan
beberapa tetangga banyak yang seperti saudara dengan ayahku. Aku yakin, karena
alasan inilah puluhan orang-orang tersebut rela datang ke tempat ayahku demi
membantu pemakaman anakku.
Kisah ini terjadi sekitar
tahun 2002, saat anak pertamaku baru lahir. Dia hanya bertahan hidup selama 2
hari karena suatu hal. Kisah ini pula yang menyadarkan saya betapa pentingnya
kita membina hubungan baik dengan para tetangga.
Dalam kehidupan
bermasya rakat di kota,
kejadian di atas hampir-hampir teramat sulit kita jumpai. Jangankan tetangga
desa seberang, tetangga yang berjarak dua-tiga rumah dari kita terkadang kita
tidak lagi mengenalnya.
Kisah di atas
mengingatkan kita, bahwa tetangga adalah
orang terdekat yang kita miliki bahkan melebihi kedekatan keluarga kita.
Bagaimana tidak, merekalah yang pertama kali tahu ketika kita tertimpa musibah.
Mereka juga yang paling dekat jaraknya dengan kita. Mereka juga yang selalu
berada di sekeliling kita.
Oleh karena itu tidaklah
salah kalau Rasulullah SAW memperhatikan betul tentang masalah tetangga ini. Mulai
dari masalah yang kecil seperti disebutkan dalam hadits yang lainnya.
Rasulullah SAW menyampaikan kepada Sahabat Abu Dzar.
“Hai Abu Dzar, kalau
engkau memasak kuah maka perbanyaklah airnya dan perhatikanlah tetangga-tetanggamu.”
(HR. Muslim)
Hingga ke permasalahan yang besar seperti disebutkan
dalam sabda beliau yang lain,
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir maka berbuat baik
(ihsan) kepada tetangganya, barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir
maka hendaklah ia menghormati tamunya dan barang siapa beriman kepada Allah dan
hari Akhir maka hendaklah ia
berkata-kata baik atau diamlah.” (HR.
Muslim)
“Rasulullah SAW bersabda,”Berulang kali Jibril berpesan kepadaku
supaya aku berbuat baik terhadap tetangga sehingga aku mengira bahwa ia
(tetangga) akan diberi hak waris.” (HR.
Bukhori dan Muslim)”
Mengapa Rasulullah SAW
begitu memperhatikan tetangga? Karena tetangga adalah orang yang datang tanpa
disuruh ketika kita tertimpa musibah. Tetangga adalah orang yang pertama kali
kita mintai tolong jika kita butuh bantuan, karena merekalah yang terdekat
dengan kita. Lalu, apakah kita masih enggan untuk menyapa orang yang berumah
disebelah rumah kita? Apa kita masih enggan untuk beramah tamah dengan mereka?
Perhatikanlah tetanggamu, karena mereka adalah orang yang terdekat denganmu.
No comments:
Post a Comment