Keberhasilan
Hujan Buatan BPPT 90 Persen
Keberhasilan operasi hujan buatan
untuk mengendalikan titik api yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) di Provinsi Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah mencapai 90
persen.
"Itu bisa dilihat dari pembukaan PON XVIII di Pekanbaru yang lancar tanpa gangguan asap. Demikian pula di Jambi dan Kalteng," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan Heru Widodo di Jakarta, Jumat (14/9).
Sayangnya, ketika titik api dan asap sudah jauh berkurang dari sebelumnya ratusan titik di tiap provinsi, masyarakat kembali melakukan pembakaran untuk membuka lahan. Akibatnya, titik api dan asap bermunculan lagi.
Heru mengatakan, di Riau pihaknya sudah memulai operasi hujan buatan sejak 12 Agustus untuk 40 hari, di Kalteng sejak 27 Agustus, dan di Jambi selama 30 hari sejak 7 September.
"Dilakukan operasi di Jambi untuk mengendalikan asap agar tidak mengganggu PON di Riau berhubung angin berhembus dari arah Tenggara. Dari posko Jambi kami juga berupaya mengendalikan hotspot yang sangat banyak di Sumatra Selatan," katanya.
Dari posko Kalteng, pihaknya juga melakukan operasi hujan buatan hingga ke perbatasan Kalbar yang paling banyak memiliki hotspot, juga ke perbatasan Kalsel dan Kaltim.
Selain di tiga lokasi, pihaknya juga bekerja sama dengan PLN untuk mengisi Waduk Koto Panjang dan Danau Singkarak. Selain mengatasi kekurangan air irigasi di musim kemarau, ini juga untuk menjaga
listrik tetap bisa beroperasi di Sumatra, khususnya untuk mendukung PON Riau.
Soal biaya, pihaknya menerapkan tarif sesuai PP Tarif Teknologi Modifikasi Cuaca Nomor 36 Tahun 2008 masing-masing di Riau dan Jambi Rp114 juta per hari dan di Kalteng Rp115 juta per hari.
"Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menanggung biaya itu. Pemda sudah membiayai operasi pengendalian bencana kebakaran hutan dari sisi yang lain," katanya. (Ant/OL-5)
"Itu bisa dilihat dari pembukaan PON XVIII di Pekanbaru yang lancar tanpa gangguan asap. Demikian pula di Jambi dan Kalteng," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan Heru Widodo di Jakarta, Jumat (14/9).
Sayangnya, ketika titik api dan asap sudah jauh berkurang dari sebelumnya ratusan titik di tiap provinsi, masyarakat kembali melakukan pembakaran untuk membuka lahan. Akibatnya, titik api dan asap bermunculan lagi.
Heru mengatakan, di Riau pihaknya sudah memulai operasi hujan buatan sejak 12 Agustus untuk 40 hari, di Kalteng sejak 27 Agustus, dan di Jambi selama 30 hari sejak 7 September.
"Dilakukan operasi di Jambi untuk mengendalikan asap agar tidak mengganggu PON di Riau berhubung angin berhembus dari arah Tenggara. Dari posko Jambi kami juga berupaya mengendalikan hotspot yang sangat banyak di Sumatra Selatan," katanya.
Dari posko Kalteng, pihaknya juga melakukan operasi hujan buatan hingga ke perbatasan Kalbar yang paling banyak memiliki hotspot, juga ke perbatasan Kalsel dan Kaltim.
Selain di tiga lokasi, pihaknya juga bekerja sama dengan PLN untuk mengisi Waduk Koto Panjang dan Danau Singkarak. Selain mengatasi kekurangan air irigasi di musim kemarau, ini juga untuk menjaga
listrik tetap bisa beroperasi di Sumatra, khususnya untuk mendukung PON Riau.
Soal biaya, pihaknya menerapkan tarif sesuai PP Tarif Teknologi Modifikasi Cuaca Nomor 36 Tahun 2008 masing-masing di Riau dan Jambi Rp114 juta per hari dan di Kalteng Rp115 juta per hari.
"Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menanggung biaya itu. Pemda sudah membiayai operasi pengendalian bencana kebakaran hutan dari sisi yang lain," katanya. (Ant/OL-5)
No comments:
Post a Comment