Puasa Mencerdaskan Otak
REPUBLIKA.CO.ID,
Imam as-Suyuthi ketika berumur 21 tahun sudah mampu menulis separuh kitab
tafsir Al-Jalalain yang belum dirampungkan oleh Imam al-Mahalli, gurunya karena
kedahuluan wafat. Itu semua dilakukannya hanya dalam tempo empat puluh hari,
yaitu dari awai bulan Ramadhan hingga tanggai 10 bulan Syawwal tahun 870 H.
Kehebatan
tingkat kecerdasan ini terjadi karena ia menulis sambil menjalani ibadah puasa.
Selain Imam as-Suyuthi ternyata banyak ulama, tokoh, intelektual, dan bintang
pelajar yang justru menuai keberhasilan karena terbiasa menjalani ibadah puasa.
Adakah keterkaitan ibadah puasa dengan peningkatan kecerdasan otak?
Manusia
hidup bergantung dari udara, makan-makanan, tanah, dan jagad raya sekitarnya.
Fokus tersebut memberikan pengaruh kuat bagi hidup dan kehidupannya menuju
objek materiil.
Ini
bisa diraup dengan ilmu pengetahuan, sedang ilmu ini tidak bisa dimiliki
manusia tanpa melalui kecerdasan otak dan kecakapan nalar pikiran yang sering
dikenal dengan IQ (Intelligence Quotient).
Otak
manusia yang beratnya sekitar 1,3 kilo gram tersusun atas jaringan yang rumit.
Otak bertindak atas dasar informasi yang diterima terus-menerus dan tiada
putus-putusnya, serta dibantu oleh saraf dan hormon.
Otak
juga berfungsi memberi tahu kapan saatnya tubuh membutuhkan makanan, tidur,
bangun, dan sebagainya. Begitu banyak kelebihan otak manusia dibanding dengan
komputer. Otak yang berwujud seperti agar-agar, memiliki kemampuan berpikir,
berimajinasi, dan berkreasi, yang tidak bisa diiakukan oleh komputer.
No comments:
Post a Comment