Tuesday, October 23, 2012

1001 Misteri Kengototan KPSI Mempertahankan Riedl

1001 Misteri Kengototan KPSI Mempertahankan Riedl


kompasiana.com
Seperti kita ketahui bersama, salah satu poin keputusan JC di Kuala Lumpur adalah tentang “harmonisasi” timnas. JC diberi kewenangan untuk harmonisasi bila ada dispute (perselisihan) dalam hal pelepasan pemain oleh klub mereka.

Dari poin di atas, sebagai orang normal pasti memahami bahwa istilah “harmonisasi” adalah menyelaraskan suatu hubungan, manakala ada ganjalan antara permintaan PSSI untuk pemain agar memperkuat timnas dan keengganan klub terkait untuk melepaskannya. Sekali lagi, perlu ditekankan, bahwa yang perlu mendapat perhatian dalam harmonisasi ini adalah pelepasan pemain oleh klub. Namun, merujuk hasil rapat JC terakhir yang dilaksanakan hari ini, nyatanya terjadi deadlock. Kenapa?

Karena kubu KPSI ngotot bahwa harmonisasi itu adalah pergantian pelatih. Maunya KPSI adalah posisi Nil Maizar diganti Opa Ridel. Sedangkan kubu PSSI enggan menanggapi usulan itu, karena tidak sesuai dengan poin keputusan dalam JC. Sebuah keputusan yang terbilang berat tapi tepat. Berat, karena dengan keputusan ini maka otomatis tidak ada celah lagi bagi PSSI mengharapkan pemain ISL sehingga dengan terpaksa memaksimalkan pemain yang ada, dan tepat, karena memang inilah yang sesuai dengan aturan dan statuta yang berlaku. Bahwa keputusan JC di KL tidak mempermasalahkan pelatih, tetapi adalah harmonisasi pelepasan pemain semata. Bahwa kewenangan memilih pelatih adalah melalui mekanisme pengambilan keputusan oleh Exco, bukan oleh JC.

Lantas, ada apa gerangan dengan KPSI sehingga begitu ngototnya agar pelatih timnas dipegang oleh Opa Ridel? Berikut ini seribu satu misteri KPSI menurut analisis asal-asalan:

1. Klausul perjanjian KPSI dan Opa Ridel, siapa yang tahu?
Tidak ada yang tahu kecuali mereka berdua, dan Gusti Allah. Namun ini hanyalah dugaan. Barangkali, di dalam klausul perjanjian itu telah disebutkan bahwa KPSI menjamin 1000% Opa Ridel-lah yang akan melatih timnas di ajang AFF. Bila ada wanprestasi atau pelanggaran atas klausul tersebut (atau Opa Ridel gagal melatih timnas), disebutkan bahwa Opa Ridel berhak :

a) mengambil alih kepemilikan beberapa perusahaan milik Bakrie Group,
b) mengambil alih posisi Aburizal Bakrie sebagai ketum Golkar dan calon presiden,  atau
c) menjadikan para petinggi KPSI sebagai budaknya Opa Ridel seumur hidup tanpa syarat apapun.

2. Penggembosan dan pelecehan PSSI.
Apabila PSSI mengakomodir keinginan KPSI untuk menerima Opa Ridel sebagai pelatih kepala dan Nil sebagai asisten, adakah jaminan bahwa para pemain yang dipanggil itu akan serta merta dilepaskan oleh klub? Tidak juga. Artinya, apabila PSSI mengganti posisi Nil dengan Opa, sedangkan komposisi pemain tidak ada perubahan (pemain ISL tetap ditahan), mau ditaruh dimana muka PSSI? Seseorang yang tempo hari dipecat gara-gara tidak bisa menunjukkan surat kontrak, lalu akan dipakai lagi oleh PSSI?

Apakah ini bukan suatu bentuk pelecehan dan permainan licik belaka untuk memperburuk citra PSSI? Lagipula, apakah dengan ditunjuknya Opa Ridel sebagai pelatih dan pemain ISL dibolehkan masuk timnas, adakah jaminan Opa akan mempersembahkan gelar bagi rakyat Indonesia yang haus akan prestasi timnas? Tidak juga.

3. Menunjukkan kepada masyarakat, bahwa KPSI adalah yang terbaik, terprofesional, dan terjegerrr.

KPSI seolah ingin membuktikan bahwa merekalah yang lebih baik, lebih berkualitas dan lebih jegerrr. Namun apa daya, segala usaha yang telah dilakukan mulai dari mengadakan reuni pemain timnas untuk jogging bersama di malang, kemudian diselingi dengan berlatih tarian gangnam style untuk memecah rasa frustasi pemain, sampai kepada training camp ke luar negeri melintasi Samudera Hindia, ke benua Australia. Sebuah benua di belahan bumi bagian selatan, namun rasa Eropa. Ya, disanalah tim yang dijuluki dengan TRG (ada yang menyebut The Real Gendeng, The Real Golkar, dan yang lebih parah ada yang menyebut The Real Goblok) mereka berlatih dan uji tanding dengan “klub” Australia. Mereka ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa tim KPSI-lah yang lebih baik, karena mendapatkan lawan yang lebih “Eropa” daripada timnas yang dilatih Nil yang hanya beruji coba dengan selevel kawasan Asean. Bahkan dapat mengalahkan dengan skor telak 8-0. Namun apa mau dikata, serapat-rapatnya menyimpan bangkai, bau itu akan tercium juga. Bahwa tim yang katanya berasa “Eropa” itu ternyata hanyalah sekumpulan pemuda gereja yang hobby bermain bola yang dibentuk tidak kurang dari 2 jam. Wowww….(gila lo ‘Ndro!!)

Waduhhh, baru tiga aja sudah capek nih…

Barangkali ada yang mau nambahin, silahkan, masih ada kurang lebih 998 misteri lagi. Capek gue, mau istirahat…

Terakhir, siapapun pemainnya yang akan berlaga, siapapun pelatihnya yang akan memimpin, yang terpenting adalah demi merah-putih Indonesia.

Ingatlah, 84 tahun yang lalu, di bulan Oktober, para pemuda-pemudi yang mengaku berbangsa Indonesia, bersatu padu satu suara, berjanji bahwa tanah air kita adalah satu, tanah air Indonesia…..

Maka dalam konteks sepakbola kekinian, timnasku hanyalah satu yaitu Timnas Indonesia, bukan timnas milik PSSI apalagi milik PKI, tetapi milik Indonesia…

No comments:

Post a Comment