1001 Misteri Kengototan KPSI Mempertahankan Riedl
Seperti kita
ketahui bersama, salah satu poin keputusan JC di Kuala Lumpur adalah tentang
“harmonisasi” timnas. JC diberi kewenangan untuk harmonisasi bila ada dispute
(perselisihan) dalam hal pelepasan pemain oleh klub mereka.
Dari poin di
atas, sebagai orang normal pasti memahami bahwa istilah “harmonisasi” adalah
menyelaraskan suatu hubungan, manakala ada ganjalan antara permintaan PSSI
untuk pemain agar memperkuat timnas dan keengganan klub terkait untuk
melepaskannya. Sekali lagi, perlu ditekankan, bahwa yang perlu mendapat
perhatian dalam harmonisasi ini adalah pelepasan pemain oleh klub. Namun,
merujuk hasil rapat JC terakhir yang dilaksanakan hari ini, nyatanya terjadi
deadlock. Kenapa?
Karena kubu
KPSI ngotot bahwa harmonisasi itu adalah pergantian pelatih. Maunya KPSI adalah
posisi Nil Maizar diganti Opa Ridel. Sedangkan kubu PSSI enggan menanggapi
usulan itu, karena tidak sesuai dengan poin keputusan dalam JC. Sebuah
keputusan yang terbilang berat tapi tepat. Berat, karena dengan keputusan ini
maka otomatis tidak ada celah lagi bagi PSSI mengharapkan pemain ISL sehingga
dengan terpaksa memaksimalkan pemain yang ada, dan tepat, karena memang inilah
yang sesuai dengan aturan dan statuta yang berlaku. Bahwa keputusan JC di KL
tidak mempermasalahkan pelatih, tetapi adalah harmonisasi pelepasan pemain
semata. Bahwa kewenangan memilih pelatih adalah melalui mekanisme pengambilan
keputusan oleh Exco, bukan oleh JC.
Lantas, ada
apa gerangan dengan KPSI sehingga begitu ngototnya agar pelatih timnas dipegang
oleh Opa Ridel? Berikut ini seribu satu misteri KPSI menurut analisis
asal-asalan:
1. Klausul
perjanjian KPSI dan Opa Ridel, siapa yang tahu?
Tidak ada
yang tahu kecuali mereka berdua, dan Gusti Allah. Namun ini hanyalah dugaan.
Barangkali, di dalam klausul perjanjian itu telah disebutkan bahwa KPSI
menjamin 1000% Opa Ridel-lah yang akan melatih timnas di ajang AFF. Bila ada
wanprestasi atau pelanggaran atas klausul tersebut (atau Opa Ridel gagal melatih
timnas), disebutkan bahwa Opa Ridel berhak :
a) mengambil
alih kepemilikan beberapa perusahaan milik Bakrie Group,
b) mengambil
alih posisi Aburizal Bakrie sebagai ketum Golkar dan calon presiden, atau
c)
menjadikan para petinggi KPSI sebagai budaknya Opa Ridel seumur hidup tanpa
syarat apapun.
2.
Penggembosan dan pelecehan PSSI.
Apabila PSSI
mengakomodir keinginan KPSI untuk menerima Opa Ridel sebagai pelatih kepala dan
Nil sebagai asisten, adakah jaminan bahwa para pemain yang dipanggil itu akan
serta merta dilepaskan oleh klub? Tidak juga. Artinya, apabila PSSI mengganti
posisi Nil dengan Opa, sedangkan komposisi pemain tidak ada perubahan (pemain
ISL tetap ditahan), mau ditaruh dimana muka PSSI? Seseorang yang tempo hari
dipecat gara-gara tidak bisa menunjukkan surat kontrak, lalu akan dipakai lagi
oleh PSSI?
Apakah ini
bukan suatu bentuk pelecehan dan permainan licik belaka untuk memperburuk citra
PSSI? Lagipula, apakah dengan ditunjuknya Opa Ridel sebagai pelatih dan pemain
ISL dibolehkan masuk timnas, adakah jaminan Opa akan mempersembahkan gelar bagi
rakyat Indonesia yang haus akan prestasi timnas? Tidak juga.
3.
Menunjukkan kepada masyarakat, bahwa KPSI adalah yang terbaik, terprofesional,
dan terjegerrr.
KPSI seolah
ingin membuktikan bahwa merekalah yang lebih baik, lebih berkualitas dan lebih
jegerrr. Namun apa daya, segala usaha yang telah dilakukan mulai dari
mengadakan reuni pemain timnas untuk jogging bersama di malang, kemudian
diselingi dengan berlatih tarian gangnam style untuk memecah rasa frustasi
pemain, sampai kepada training camp ke luar negeri melintasi Samudera Hindia,
ke benua Australia. Sebuah benua di belahan bumi bagian selatan, namun rasa
Eropa. Ya, disanalah tim yang dijuluki dengan TRG (ada yang menyebut The Real
Gendeng, The Real Golkar, dan yang lebih parah ada yang menyebut The Real
Goblok) mereka berlatih dan uji tanding dengan “klub” Australia. Mereka ingin
menunjukkan kepada masyarakat bahwa tim KPSI-lah yang lebih baik, karena mendapatkan
lawan yang lebih “Eropa” daripada timnas yang dilatih Nil yang hanya beruji
coba dengan selevel kawasan Asean. Bahkan dapat mengalahkan dengan skor telak
8-0. Namun apa mau dikata, serapat-rapatnya menyimpan bangkai, bau itu akan
tercium juga. Bahwa tim yang katanya berasa “Eropa” itu ternyata hanyalah
sekumpulan pemuda gereja yang hobby bermain bola yang dibentuk tidak kurang
dari 2 jam. Wowww….(gila lo ‘Ndro!!)
Waduhhh,
baru tiga aja sudah capek nih…
Barangkali
ada yang mau nambahin, silahkan, masih ada kurang lebih 998 misteri lagi. Capek
gue, mau istirahat…
Terakhir,
siapapun pemainnya yang akan berlaga, siapapun pelatihnya yang akan memimpin,
yang terpenting adalah demi merah-putih Indonesia.
Ingatlah, 84
tahun yang lalu, di bulan Oktober, para pemuda-pemudi yang mengaku berbangsa
Indonesia, bersatu padu satu suara, berjanji bahwa tanah air kita adalah satu,
tanah air Indonesia…..
Maka dalam
konteks sepakbola kekinian, timnasku hanyalah satu yaitu Timnas Indonesia,
bukan timnas milik PSSI apalagi milik PKI, tetapi milik Indonesia…
No comments:
Post a Comment