Walau
tidak terjadi pertengkaran mulut, namun suasana saling diam itu berlangsung
antara Ling-ling dan mertuanya. Suasana ini juga membuat Aloy menjadi serba
salah dan tidak tenang.
Akhirnya
Ling-ling merasa tidak tahan lagi dengan sikap mertuanya, dan memutuskan untuk
mengambil tindakan.
Ling-ling akhirnya memutuskan menemui Mr.Li, sahabat baik ayahnya, yang punya usaha pengobatan tradisional Cina. Ia berkeluh kesah, menceritakan segala keburukan sikap mertuanya yang dirasakannya, dan berharap agar Mr.Li mau memberikannya sebuah racun untuk mertuanya ini agar semua keributan dan ketegangan dapat hilang.
Ling-ling akhirnya memutuskan menemui Mr.Li, sahabat baik ayahnya, yang punya usaha pengobatan tradisional Cina. Ia berkeluh kesah, menceritakan segala keburukan sikap mertuanya yang dirasakannya, dan berharap agar Mr.Li mau memberikannya sebuah racun untuk mertuanya ini agar semua keributan dan ketegangan dapat hilang.
Mr.Li
diam sejenak mendengarkan semua ucapan Ling-ling, kemudian dia berkata,”Oke,
saya akan membantu kamu. Saya akan memberikan sebuah racun yang ampuh buat
mertuamu. Racun yang membunuh perlahan-lahan, jadi tidak mendadak, agar tidak
menimbulkan kecurigaan orang-orang. Racun ini akan bekerja setahun, jadi kalau
mulai dipakai, setahun kemudian orang yang memakan racun ini akan mati. Nah,
kamu harus melakukan apa yang saya sarankan, kamu bersedia?”
“Ya,..saya
bersedia Mr.Li. Saya akan melakukan apapun agar ketegangan yang ada selama ini
bisa hilang,”jawab Ling-ling.
“Oke.
Kamu masakkan makanan yang enak-enak buat mertuamu itu, dan campurkan racun ini
di setiap hari masakan kamu, jadi racun ini bekerja sedikit demi sedikit. Nah,
untuk tidak menimbulkan kecurigaan orang-orang pada waktu ia meninggal, kamu
harus bersikap baik dan bertindak ramah terhadap mertuamu itu. Janganlah
berdebat dengannya, taati kata-katanya, perlakukan dia seperti kamu
memperlakukan ayah ibumu dulu,”jelas Mr.Li pada Ling-ling.
“oke.
saya akan lakukan apa yang Mr.Li sarankan,”jawab Ling-ling sambil menerima
racun itu. Lantas ia pun pulang ke rumah dengan berseri-seri.
Ia
pun melakukan apa yang diperintahkan Mr.Li. Ia setiap harinya memasakkan
makanan-makanan enak buat mertuanya, dan bersikap baik dan ramah pada
mertuanya. Ia pun menghindari perdebatan dengan mertuanya. Ia belajar
mengendalikan emosinya, menghormati mertuanya, agar orang-orang tidak curiga
padanya nanti.
Hari
demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu, bulan demi bulan berlalu.
Ling-ling bersikap baik pada ibu mertuanya, melayani dengan baik, memasakkan
makanan yang enak setiap harinya, dan tidak berdebat lagi. Ia sudah belajar
mengendalikan emosinya, memperlakukan ibu mertuanya seperti ibunya sendiri.
Sepuluh
bulan berlalu. Rumah yang biasanya penuh ketegangan dan keributan, menjadi
damai dan tenang. Tidak pernah lagi terdengar cekcok antara Ling-ling dan
mertuanya. Sekalipun ada perbedaan pendapat, Ling-ling tidak lagi berdebat
dengan mertuanya, yang sekarang kelihatan jauh lebih ramah, baik, enak diajak
ngobrol dan mudah ditemani. Semuanya berubah.
Sikap
ibu mertua berubah jauh dirasakan Ling-ling. Mertuanya dirasakan sangat baik
dan mempunyai kepribadian yang ternyata menyenangkan, sama seperti ibunya
Ling-ling. Mertuanya pun terus bercerita pada teman-temannya bahwa Ling-ling
adalah menantu yang baik. Hubungan mereka berjalan seperti layaknya seorang ibu
dan anak.
Memasuki
bulan ke-11, Ling-ling merasa gelisah. Ia merasa berdosa besar telah memberikan
racun pada mertuanya yang ternyata berhati baik dan mempunyai kepribadian
menyenangkan pada dirinya. Ia bergegas menemui Mr.Li untuk minta pertolongan.
“Mr.Li…tolonglah
saya. Saya merasa berdosa sekali terhadap ibu mertua saya. Saya telah memberikan
racun yang dulu saya minta, selama 11 bulan berjalan ini. Ibu mertua saya ini
baik sekali dan menghargai semua pendapat-pendapatku. Saya mohon agar Mr.Li
dapat memberikan penawar buat racun yang sudah saya berikan ini.. Saya mohon…
Saya tidak ingin ibu mertua saya meninggal… Saya mohon..tolong berikan
penawarnya…” Pinta Ling-ling pada Mr.Li.
Mr.Li hanya tersenyum, “Ling-ling, kamu tidak usah khawatir. Saya tidak pernah memberimu racun agar kamu berikan pada ibu mertuamu. Yang saya berikan dulu dan kamu campurkan ke dalam masakanmu itu adalah vitamin. Satu-satunya racun yang pernah ada adalah di dalam pikiran dan sikapmu terhadapnya. Tapi semuanya sekarang sudah lenyap berkat kasih sayang yang engkau berikan pada ibu mertuamu."
No comments:
Post a Comment