KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Alloh SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Biologi Lingkungan dengan judul “Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem”.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan
dari beberapa pihak, laporan ini tidak akan selesai. Oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Agus Sutanto, selaku Dosen Pengapu mata kuliah
Biologi Lingkungan yang telah membantu dan membimbing kami dalam penyusunan
laporan ini.
2.
Teman
– teman satu kelompok Biodiversitas yang telah membantu dalam pengerjaan
laporan ini, sehingga dapat terselesaikan tepat waktu.
3.
Semua
pihak yang ikut membantu tersusunnya laporan ini.
Kami
menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Hal itu karena kurangnya
pengetahuan kami, baik dalam cara penulisan maupun materi. Sehubungan dengan
bimbingan dan petunjuk sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya, dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Sukoharjo,
1 November 2011
Kelompok Biodiversitas
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………. 1
A.
Latar
Belakang
……………………………………………………………… 2
B.
Rumusan
Masalah
…………………………………………………....……... 2
C.
Tujuan
…………………………………………………………………...........……. 2
D.
Manfaat
…………………………………………………………………................... 2
BAB
II ISI
………………………………………………………………………….. 3
1.
Konsep
Keanekaragaman Hayati ……………………………………….…… 3
2.
Tingkat
Keanekaragaman Hayati …………………………………………..… 3
a.
Tingkat Keanekaragaman Gen
………………………………………..….. 3
b.
Tingkat Keanekaragaman Spesies
……………………………………..…. 5
c.
Tingkat Keanekaragaman Ekosistem
………………………………..…… 8
v
Komponen-komponen Pembentuk Ekosistem
……………………....... 12
v
Hubungan Ketergantungan Antar Ekosistem
…………………….......... 14
v
Macam – Macam Ekosistem …………………………………….....…
18
3.
Manfaat dan Nilai Keanekaragaman Hayati
….……………...…………..…… 29
BAB
III PENUTUP …………………………………………………………………. 30
Kesimpulan
………………………………………….……………………….….. 30
DAFTAR
PUSTAKA
…………………………………….……………………….…. 31
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua
bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala
organisasi biologisnya, yaitu
mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan
proses-proses ekologi dimana bentuk
kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi
keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu.
Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem
biologis.
Keanekaragaman
hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi
gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik
bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi
organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari,
kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang
diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu
individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi
antara genotip dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada
berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai
organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel
banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi
kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
Keanekaragaman
hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi; wilayah tropis memiliki
keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus
menurun jika semakin jauh dari ekuator. Keanekaragaman
hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal
kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta
tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, dan organisme uniseluler lainnya
sebelum organisme multiseluler muncul dan
menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara
periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat
aktivitas bumi, iklim, dan luar angkasa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
konsep keanekaragaman hayati?
2.
Bagaimana
tingkat – tingkat keanekaragaman hayati?
3.
Manfaat
dan nilai apa yang terkandung dalam
keanekaragaman hayati?
C.
Tujuan
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang terdapat di
bumi.
D. Manfaat
Kita dapat mengetahui macam – macam
organisme dan tingkat – tingkat keanekaragaman hayati.
BAB II
ISI
1.
Konsep
Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman
adalah semua kumpulan benda yang bermacam-macam, baik ukuran, warna, bentuk,
tekstur dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi
keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup (organisme)
penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”.
Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat
adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan
sifat-sifat lainnya.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk
hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu
daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan
faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya
terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil
pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal
seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor
lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat
berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu
individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk
bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan
individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai
ekosistem.
2. Tingkat Keanekaragaman Hayati
a.
Tingkat
Keanekaragaman Gen
Setiap sifat organisme hidup
dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu dari induk jantan dan
lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan
adanya variasi dalam satu jenis.
Apa yang menyebabkan terjadinya
keanekaragaman gen? Perkawinan antara dua individu makhluk hidup sejenis
merupakan salah satu penyebabnya. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki
susunan perangkat gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan
perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu
dalam satu spesies berupa varietas-varietas (varitas) yang terjadi secara alami
atau secara buatan.
Misalnya :
-
Variasi
jenis padi: padi Rojo lele, padi Gogo, padi IR64, dll.
Gambar keanekaragaman genetik pada
padi.
-
Variasi
jenis ayam : ayam bangkok, ayam kampung, ayam kate, dll.
Gambar keanekaagaman genetik pada
ayam.
Yang membuat variasi tadi adalah : Rumus : F = G + L
F = fenotip
G = genotip
L = lingkungan
F = fenotip
G = genotip
L = lingkungan
Jika G berubah karena suatu hal
(mutasi dll) atau L berubah maka akan terjadi perubahan di F. Perubahan inilah
yang menyebabkan terjadinya variasi tadi.
Gen pada setiap individu, walaupun
perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung
pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang menentukan ciri
atau sifat suatu individu dalam satu spesies.
b.
Tingkat
Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman ini lebih mudah
diamati daripada keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat
ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk
kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba.
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, anda dapat mengamati, antara lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, anda dapat mengamati, antara lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Contoh, dalam keluarga
kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan
kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut Anda dapat dengan mudah
membedakannya, karena antara mereka ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara
ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya ukuran tubuh atau batang (ada yang
tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk
buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya yang berbeda.
Gambar
2. Keanekaragaman jenis pada kacang-kacangan
Contoh lain, keanekaragaman pada
keluarga kucing. Di kebun binatang, Anda dapat mengamati hewan harimau, singa,
citah dan kucing.
Gambar 2. Keanek ragaman jenis pada hewan (a) harimau, (b)
singan, (c) kucing dan (d) citah.
Walaupun hewan-hewan tersebut
termasuk dalam satu familia/suku Felidae, tetapi diantara mereka terdapat
perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan warna bulu, tipe
lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan hidupnya.
Cobalah Anda perhatikan perbedaan sifat dari hewan berikut
ini:
No.
|
Ciri-ciri
|
Kucing
|
Harimau
|
Singa
|
Citah
|
1.
2. 3. |
Ukuran tubuh
Warna bulu Tempat hidup |
Kecil
Hitam, putih, kuning Hutan, rumah |
Besar
Hitam, putih, kuning Hutan |
Besar
Hitam, putih, kuning Hutan |
Sedang
Hitam/ putih Pohon |
Demikian pula pada kelompok tumbuhan
yang tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah akan memperlihatkan
perbedaan-perbedaan sifat pada tinggi batang, daun dan bunga. Contohnya kelapa,
aren, pinang, dan lontar, seperti tampak pada tabel pengamatan berikut ini.
No
|
Ciri-ciri
|
Kelapa
|
Aren
|
Pinang
|
Lontar
|
1.
|
Tinggi Batang
|
>30m
|
25m
|
25
|
15-30m
|
2.
|
Daun
|
-Panjang tangkai daun 75-150cm
-Helaian daun 5m, ujungruncing dan keras |
-Panjang tangkai daun 150cm
|
Tangkai daun pendek
|
-Panjang tangkai daun 100cm
-Helaian daun bulat, tepi daun bercangap menjari |
3.
|
Bunga
|
Tongkol
|
Tongkol
|
Tongkol
|
Bulir
|
Gambar
2. Keanekaragaman pada suku Palmae
Dari contoh-contoh di atas, Anda
dapat mengetahui ada perbedaan atau variasi sifat pada kucing, harimau, singa
dan citah yang termasuk dalam familia/suku Felidae. Variasi pada suku Felidae
ini menunjukkan keanekaragaman pada tingkat jenis. Hal yang sama terdapat juga
pada tanaman kelapa, aren, pinang, dan lontar yang termasuk suku Palmae atau
Arecaceae.
c.
Tingkat
Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan
juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan
penggabungan dari setiap unit biosistem yang
melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi
menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan anorganisme. Matahari
sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam
komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem.
Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga
memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan
pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik
menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk
kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.
Kehadiran, kelimpahan dan
penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan
sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam
kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut
dengan hukum toleransi. Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap
suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu.
Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan
dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya. Berbeda
dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir,
mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.
v Komponen-komponen pembentuk ekosistem
§ Abiotik
Abiotik atau komponen tak
hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik
bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan
organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi organisme,
yaitu:
1.
Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia
dan unggas
membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
2.
Air. Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme.
Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.
3.
Garam. Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam
organisme melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial
beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.
4.
Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis
terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun,
intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan
dan tumbuhan
tertekan.
5. Tanah
dan batu.
Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi
mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber
makanannya di tanah.
6.
Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca
dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang
dihuni komunitas
tertentu.
§ Biotik
Biotik adalah istilah yang
biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen
biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen
abiotik (tidak bernyawa).
§ Heterotrof / Konsumen
Komponen heterotrof terdiri
dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang
disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen
heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena
makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
§ Pengurai / dekomposer
Pengurai atau dekomposer
adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal
dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena
makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil
penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat
digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa
bahan organik, contohnya adalah kutu kayu. Tipe
dekomposisi ada tiga, yaitu:
3.
Fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi
juga sebagai penerima elektron. komponen tersebut berada pada suatu tempat dan
berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Misalnya, pada
suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan
sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton
yang terapung di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk
komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
v Hubungan
ketergantungan antar komponen ekosistem
Ketergantungan pada ekosistem
dapat terjadi antar komponen biotik atau antara komponen biotik dan abiotik.
Antar komponen biotik
Ketergantungan antar komponen biotik dapat
terjadi melalui:
1. Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses
makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan
disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu
menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu
diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat
trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen
primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri
atas hewan-hewan karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke
tingkat trofi lainnya, sebagian energi akan hilang.
2. Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan
satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring.
Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya
memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Antar komponen biotik dan abiotik
Ketergantungan antara komponen
biotik dan abiotik dapat terjadi melalui siklus materi, seperti:
Fungsi Siklus
Karbon:
1) Kesetimbangan
antara fotosintesis dan respirasi sel.
2) Secara umum
dan alami setimbang.
3) Aktifitas
manusia meningkatkan kandungan CO2 di atmosfer.
2. Siklus Air
Siklus ini berfungsi untuk
mencegah suatu bentuk materi menumpuk pada suatu tempat. Ulah manusia telah
membuat suatu sistem yang awalnya siklik menjadi nonsiklik, manusia cenderung mengganggu
keseimbangan lingkungan.
v Macam
– macam ekosistem yang ada di bumi yaitu ekosistem air, ekosistem darat, dan
ekosistem buatan
1.
Ekosistem air
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu
tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam
air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI-
mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan
penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu
bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang
panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah
termoklin.
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan
laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas
atau rawa garam. Ekosistem estuari memiliki produktivitas
yang tinggi dan kaya akan nutrisi. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain
rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di
gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke
satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan.
Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air
bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan lumba-lumba.
Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat
pantai. Efisiensi ekosistem ini sangat tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang
memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata,
mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi
mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora. Kehadiran terumbu karang di
dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.
Kedalamannya lebih dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele
laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat
bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
Lamun atau seagrass adalah satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga
yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh‑tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka
mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai‑tangkai yang
merayap yang efektif untuk berkembang biak.
Berbeda dengan tumbuh‑tumbuhan laut
lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji.
Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat‑zat
hara. Sebagai sumber daya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan.
2.
Ekosistem darat
·
Bioma
Gurun
Bioma yang terletak dibelahan
bumi sekitar 20°-30° lintang utara dan lintang selatan atau di daerah tropika
yang berbatasan dengan bioma padang rumput.
Ciri-ciri bioma gurun antara lain sebagai
berikut :
1.
Curah hujan rendah, yaitu 25 cm per tahun.
2.
Pancaran matahari sangat terik, penguapan tinggi, dan
suhu siang hari dapat mencapai 40°C pada musim panas.
3.
Perbedaan suhu siang dan malam hari sangat besar.
4.
Vegetasi di daerah gurun di dominasi oleh tanaman
kaktus, sukulen, dan berbagai belukar akasia yang berduri.
5.
Hewan yang menghuni daerah gurun. Umumnya adalah
serangga, hewan pengerat, ular dan kadal.
Contoh bioma gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia,
Gurun Anzo Borrega di Amerika.
·
Bioma
Padang Rumput
Bioma
padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke sub tropika.
Ciri-ciri bioma padang rumput antara lain
sebagai berikut:
1.
Curah hujan 25 - 50 cm per tahun dan hujan turun tidak
teratur.
2.
Vegetasi yang mendominasi adalah rerumputan. Rumput
yang hidup di bioma padang rumput yang relatif
basah. Ukurannya bisa mencapai tiga meter, misalnya rumput Bluestem
dan Indian Grasses. Rumput yang tumbuh di bioma padang rumput
kering, ukurannya pendek-pendek, misalnya rumput Grana
dan Buffalo Grasses.
3.
Hewannya adalah bison, Zebra, kanguru, singa, harimau,
anjing liar, ular, rodentia, belalang dan burung.
Contoh
bioma padang rumput antara lain Amerika Utara, Rusia, Afrika Selatan, Asia dan
Indonesia (Sumbawa).
·
Bioma
Hutan Gugur
Pada umumnya terdapat di
sekitar wilayah subtropik yang mengalami pergantian musim panas dan dingin.
Hutan gugur juga terdapat diberbagai pegunungan di daerah tropis.
Ciri-ciri bioma hutan gugur adalah sebagai
berikut:
1.
Curah hujan sedang, yaitu 75 -150 cm per tahun.
2.
Mengalami 4 musim, yaitu musim panas, musim gugur, musim
dingin dan musim semi.
3.
Tumbuhannya mempunyai menggugurkan daunnya pada musim
gugur.
4.
Vegetasinya adalah pohon Maple, Oak, Beech, dan Elm.
5.
Hewan yang menghuni pada umumnya adalah Rusa, Beruang,
Raccon, Rubah,Bajing, dan Burung Pelatuk.
Contoh bioma hutan gugur adalah Kanada, Amerika, Eropa
dan Asia.
·
Hutan
Hujan Tropis
Bioma ini terdapat di wilayah khatulistiwa dengan
temperatur yang tinggi sekitar 25°C.
Ciri-ciri hutan hujan tropis antara lain
sebagai berikut:
1.
Curah hujan bioma hutan hujan tropis cukup tinggi, yatu
sekitar 200-225 cm per tahun.
2.
Tumbuhannya tinggi dan rimbun membentuk tudung yang
menyebabkan dasar hutan menjadi gelap dan basah.
3.
Tumbuhan khas, ialah liana dan epifit. Contoh liana
adalah rotan sedangkan epifit adalah anggrek.
4.
Vegetasinya didominasi oleh tumbuhan yang aktif
melakukan fotosintesis, misalnya jati, meranti, konifer, dan keruing.
5.
Hewannya didominasi oleh aneka kera, babi hutan,
burung, kucing hutan, bajing dan harimau.
Contoh bioma hutan hujan tropisnya
adalah hutan di Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua, dan Brasil.
· Bioma Taiga
Bioma ini terdapat di wilayah
utara hutan gugur subtropis dan pegunungan tropis.
Ciri-ciri bioma taiga adalah sebagai berikut:
1.
Curah hujan sekitar 35 cm per tahun.
2.
Bioma yang biasanya hanya terdiri dari satu spesies pohon,
yaitu konifer (pinus).
3.
Masa pertumbuhan flora pada musim panas antara 3 sampai
6 bulan.
4.
Suhu di musim dingin sangat rendah, dan mengalami musim
dingin yang panjang.
5.
Vegetasinya Sprice (Picca), Alder (Alaus), Birch (Berula)
dan Junipce (Juniperus).
6.
Hewannya antara lain moose, beruang hitam, serigala dan
morten.
Contoh bioma taiga terdapat di
Amerika Utara dan dataran tinggi diberbagai wilayah.
·
Bioma
Tundra
Bioma ini terdapat di belahan
bumi utara di dalam lingkaran kutub utara yang disebut Tundra artik dan di
puncak gunung disebut Tundra alpin.
Ciri-ciri bioma tundra adalah sebagai berikut
:
1.
Curah hujan sekitar 10 cm per tahun.
2.
Iklimnya iklim kutub dengan musim dingin yang panjang
dan gelap serta musim panas yang panjang dan terang terus menerus.
3.
Tidak ada pohon yang tinggi, kalaupun ada terlihat
tebal seperti semak.
4.
Tumbuhan semusim biasanya berbunga dengan warna yang
mencolok dalam masa pertumbuhan yang pendek.
5.
Vegetasinya Spaghnum, lumut kerak, dan perdu.
6.
Hewannya Muskox, rusa kutub, kelinci, serigala, rusa
dan domba.
· Bioma Karst
Karst adalah
sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya
depresi tertutup (closed depression), drainase
permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh
pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping.
Ciri-ciri daerah karst antara lain:
1.
Daerahnya berupa cekungan-cekungan.
2.
Terdapat bukit-bukit kecil.
3.
Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan
terputus ke dalam tanah.
4.
Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah.
5.
Adanya endapan sedimen lempung berwama merah hasil dari
pelapukan batu gamping.
6.
Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan
runcing.
Contoh bioma Karst terdapat di daerah
Gunung Kidul.
3.
Ekosistem Buatan
Ekosistem
buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan
peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.
Contoh ekosistem buatan adalah:
·
Perkebunan
sawit.
·
Ekosistem
ruang angkasa.
3. Manfaat
dan Nilai Keanekaragaman Hayati
1. Kebutuhan
dasar, yaitu kebutuhan yang bersifat mutlak , seperti:
- Sandang (ulat sutra, bulu domba,
kapas).
- Pangan (serealia/biji - bijian,
umbi - umbian, sayur, buah, telur, daging, susu dan sebagainya).
- Papan (meranti, jati, sengon, pohon
sawo, dan sebagainya).
- Udara bersih (pepohonan).
2.
Kebutuhan Sekunder, kebutuhan untuk lebih menikmati
hidup, misalnya:
- Transportasi (kuda, onta, sapi).
- Rekreasi (hutan, taman bunga, tanaman hias, keindahan bawah laut, hewan
piaraan dan sebagainya).
3. Keanekaragaman hayati dapat
menghasilkan produk berupa materi atau jasa yang manfaatnya dapat ditukar
dengan uang, misalnya bahan kebutuhan pokok atau pangan yang diperdagangkan,
dikatakan memiliki nilai ekonomi.
4. Bagi suatu negara tertentu,
keanekaragaman hayati dapat memberikan kebanggaan karena keindahan atau
kekhasannya, seperti: karapan sapi di madura, ukiran jepara dari kayu jati,
lukisan wayang dari kulit domba dan sebagainya. Keanekaragaman hayati tersebut
memiliki niali budaya.
5. Keanekaragaman hayati masih
terus diteliti oleh para ahli, karena sebagai sumber ilmu atau tujuan
lain (misalnya :pemuliaan hewan dan tumbuhan, pelestarian alam, pencarian
alternatif bahan pangan dan energi dan sebagainya). jadi keanekaragaman hayati
memiliki nilai pendidikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Alam Indonesia sangat kaya
akan keberagaman flora dan fauna, keberagaman tersebut dikenal dengan
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk
hidup yang menunjukakan keseluruhan variasi gen, spesies, dan ekosisitem di
suatu daerah. Penyebebab keanekaragaman hayati ada 2 faktor, yaitu faktor
genetik dan faktor luar. Faktor genetik relatif konstan / stabilpengaruhnya
terhadap morfologi (fenotip) organisme. Sebaliknya faktor luar relatif labil
pengaruhnya terhadap morfologi (fenotip).
Keanekragaman hayati
mencakup tiga tingkatan pengertian yang berbeda, yaitu keanekaragaman gen,
jenis, dan ekosistem. Dan tidak ada makhluk hidup yang bisa hiup sendiri,
terpisah dan terasing dari makhluk hidup lain. Manusia, hewan, dan tumbuhan
adalah makhluk hidup, mereka butuh makanan dan tempat hidup yang nyaman untuk
hidup. Dengan demikian terjadi hubungan saling ketergantungan antar makhluk
hidup dan juga antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan saling
mempengaruhi yang terjadi antar makhluk hidup dengan lingkungan untuk
membentuk suatu sistem yang disebut
ekosistem. Ekosistem terbentuk dari komponen hidup (biotik), dan komponen tidak
hidup (abiotik). Kedua komponen ini sangat mempengaruhi distribusi persebaran
organisme pada tempat yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Trijoko,
2006. Biologi. Erlangga: Jakarta.
No comments:
Post a Comment